Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang. Bokep Live Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Pasti terburu-buru. Si Junior sudah mengeras. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku.“Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..! Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon.“Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.“Si Nina, yang tadi. Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Kring..!“Mbak Wien, telepon.” kataku.Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah.




















