Sebuah cubitan langsung menancap di tangan kiriku. Bokep Live “Pingin tahu rasanya?”, tanyanya dengan senyum menggoda dan menuju ke arahku. Pura-pura tdk tahu gelagat para pria yg sedang menaksirnya, Indah mengajakku duduk di meja paling pojok. Tak lama kemudian pesanan kami datang. “Kamu sudah makan Zainal? Aku masih cuek dengan keadaan sekelilingku tapi Indah agak gelisah dan mengeluhkan ajakanku ke kafetaria. Merasa kerepotan membungkukkan badan, tubuhku kembali kuluruskan. “Tdk Zainal, yg ini pasti kamu suka, percaya deh..”, katanya meyakinkan. “Melamun apa Zainal”, tanya Indah. Terkejut oleh ucapannya yg panjang dan mengagetkan aku hanya mengucapkan “Terima kasih banyak, Mbak”. Setelah memesan sarapan, Indah mulai membuka percakapan, tapi karena pikiranku masih di pekerjaan maka aku hanya berbicara sedikit.










