Air mata mulai membasahi dadaku yang terbuka. Aku tahu itu, aku bukan seorang bodoh. XNXX Bokep Jay, kembaranku. Akhirnya Chie berhasil mendapatkanku. Apalagi di saat-saat seperti ini. Chie memiliki seorang anak dan anak itu bernama depan Ray. Dan perbincangan dengan Chie sebelumnya akan makna keperawanan membuatku semakin hanyut dalam percintaan itu. Aku sedikit terguncang. Sayang. “Iya.”
“Sungguh, Ray?” Chie mengangkat kepalanya, senyumnya mengembang di sela air mata yang mengaliri pipinya. Di dalam saja!” Mama Chie memanggilku masuk. Aku memang malas kuliah, aku harus mengakuinya. “Nih, rokok.”
Chie menyambar bungkus Marlboro di tanganku dan membuangnya ke sudut ruangan. Akhirnya Chie berhasil mendapatkanku. “Ray…”
Chie mengerang lirih saat batang kemaluanku menusuk liang kemaluannya. “Kamu lebih serius, kan?” Jay menatap lekat pandangan mataku. “Cukup segitu?” tanya Jayu lagi. Ray, pemuja kasih dan seorang pecinta. “Ray tahu.”
Chie menangis dalam pelukanku, membuatku sejenak mengingat ayahku sendiri yang selalu berkutat dalam pertempurannya dengan idealisme yang kumiliki.




















