Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain.Dulu aku paling anti masuk salon. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Bokep Korea Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Lalu memegang pahaku, “Yang mana..?”Yes..! Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Junior berdenyut-denyut. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Keberuntungankah? Betul-betul keras. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Sial. Aku mengurungkan niatku. Tapi masih terhalang kain celana. Makin lama makin jelas. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Tapi kakiku saja yang seperti memagari tubuhnya. Pijitan turun ke perut. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Hawin, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut.
