Kurasa aku terlalu emosionil.”
“Tak apa-apa,” balasku tersenyum. Ia melepaskan bibirnya dan menggeleng, saat aku bergerak hendak memeluknya. Bokep terbaru Aku bukan anak kecil, ucapku dalam hati, aku orang dewasa. Atau aku pakai baju lagi.” Mengerang, kutarik tubuhku. Kelelahan sudah merasuk ke dalam tulang sumsumku. Tepat sebelum aku terlelap, kubisikkan sebuah pertanyaan padanya. Aku tertawa melihatnya. Waktu membawa keheningan. “Jangan menjauh.” Aku menoleh dan memandangnya. Aku baru sadar, bahwa jarak antara wajahku dengan wajahnya hanya sekitar tiga puluh senti. Tuduhan semacam itu tidak kusukai. “Jangan ! “Letakkan tanganmu di sini,” bisiknya. “Ahkk,” erangku. Semua kesan romantisme hilang dalam sekejap. Kupikir akulah si keledai dungu itu, yang mengaku sudah pernah bercinta, ternyata seperti anak kecil di atas tempat tidur. Di tangannya sebuah gelas berisi lemon tea yang tinggal setengah.Saat pertama aku melihatnya, aku merasa tertarik. “Sekarang…,” ia mendesah lirih beberapa menit kemudian. “Tenang,” bisiknya. Ketika kuhampiri, ia tersenyum padaku.




















