Aqu pun menghentikan tanganku sejenak, melihat dan menikmati wajahnya yg memerah dan nafasnya yg terengah-engah.Eh… dia malah berkata,“Gantian. Bokeb Kubuka bajuku, menempelkannya di payudaranya, merasakan kenikmatan dan kehangatannya.Kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu. Akhirnya aqu memberhentikan mobilku di sebuah jalanan yg lumayan sepi di dekat Kenjeran.Ah, aqu sih bersyukur saja karna kaca mobilku gelap, hehehe…. uhh… argg…” kurasakan kenikmatan batang kemaluanku menekan-nekan liang kemaluannya dari balik baju kami. Oh God, hohohoho. Kami makan, dan kemudian seperti biasa berputar-putar mencari tempat. Kutelepon ke rumahnya, memintanya sudi menemuiku untuk yg terakhir kalinya. Hal itu dilaqukannya saat aqu berangkat ke New York selama tiga bulan untuk studi banding (kebetulan aqu lumayan jago dlam sastra Inggris).Waktu aqu mengetahuinya aqu sempat mengamuk habis, hampir saja aqu ke kampus si cowok untuk menawurnya bersama teman-temanku, namun kubatalkan mengingat betapa konyolnya aqu untuk marah hanya gara-gara seorang wanita.Jadi kuputuskan untuk pulang perang dengan membawa oleh-oleh
