Tentu saja aku jadi gelagapan karena tak bisa bernapas. Bokep Indo Namun nampaknya Lidya masih belum puas. “Iya, Tante. Aku menatapnya dgn tajam. Namun aku tak peduli dgn paha yg indah padat dan putih terbuka cukup lebar itu. Waktu itu aku benar-benar bodoh dan tak tahu apa-apa. “Mau apa ke kamar?”, tanyaku tak mengerti. Sehingga pahanya jadi terbuka cukup lebar. Karena anak bungsu dan juga satu-satunya laki laki, jelas sekali kalo aku sangat dimanja. Sementara Tante Amanda pergi membawa Bobby, aku dan Lidya duduk di bangku taman dekat patung Pangeran Diponegoro yg menunggang kuda dgn gagah. Bahkan Mbak Indira menjanjikan macam-macam agar aku tak terus menangis. Namun aku sama sekali tak mengerti dgn apa yg d ibisikkannya. Antara lima dan enam tahun. Dan juga anak terakhir. Sedangkan aku tetap diam, tak memberikan reaksi apa-apa.
