Ningsih makin menggelinjang seperti cacing kepanasan, karena kocokan jariku pada kelentitnya yg makin menonjol. Sambil bertanya tentang berbagai hal, yg menygkut kunjungan pasien, tentang pelaksanaan program kesehatan yg selama ini dikerjakan olehnya (selama ini puskesmas dipimpin olehnya yg merupakan satu-satunya suster dgn dibantu oleh 2 orang petugas lain), tentang keadaan masyarakat sekitar puskesmas, dll, aqu tak puas-puasnya memandangi parasnya yg cantik itu. Bokeb Tangannya dgn berani meraba selangkanganku yg tertutup celana tugas dan meraba kemaluanku yg sudah menegang ketika mulai berciuman tadi. Mesra, seperti sepasang kekasih yg baru dilanda asmara.Beberapa hari kemudian, sesudah kantor tutup, Ningsih yg sudah sembuh dari diarenya, kuminta datang ke rumah. Ningsih makin menggigil dan tambah mengerang: “Paaak, Ningsih malu paak … ssshhh aargghhh … ssshh …”. kemaluan di balik celanaqu sudah menegang sejak tadi ketika aqu mulai pertama kali melihat BREAST HOULDER nya.




















