Jelas pembicaraan itu tengah membahas diriku.“Aku tahu nduk. Bokep Tante Keinginanku saat ituhanya satu. “Tapii…Ntar kalau hamil gimana?”bisikku pada mbak Siti. Kalau ada apa-apa kang Narko tanggung sendiri resikonya.”Pembicaraan mereka berhenti sampai di situ. Bentuknya melengkung laksana sebuah pisang ambon besar dengan balutan kulit keriput berwarna hitam pekat.“Aaakhhh!” desahku kaget. Letupan kali ini sungguh tak terkira nikmatnya. Pokoknya aku sudah mengingatkan!. Nganu! “Iya..iyaa! Ternyata asyikk sekali. Mau ndak?”
“A..paaa?! Kecepatannya sungguh lambat namun ia lakukan dengan kedalaman terukur secara konstan. “Ndak apa-apa non. Bibir keriput itu mencecarkan kecupan-kecupan di seputar dadaku. Mamang jangan lihat kemari!”protesku karena malu. Itu pasti ‘pipis enak’nya mang Narko seperti yg di maksudkan oleh mbak Siti.CRuuTTT!!!….CRuuuTTTTTTT!! Aku tak tahu mengapa benda itu bisa bergerak seperti itu seolah-olah ada yg memegang dan mengayunkannya.“He ..hee.hee” mang Narko terkekeh sambil berkacak pinggang.
